ARAMO, NIAS SELATAN - Dari ujung selatan Pulau Nias, tepatnya di Kecamatan Aramo, tersimpan kisah panjang tentang harapan yang belum juga terwujud. Warga di 18 desa yang bergantung pada jalan penghubung dari Desa Hilimagiao menuju pusat Kecamatan Aramo kini hanya bisa menatap jalan berlumpur setiap kali hujan mengguyur. Jalan itu bukan sekadar tanah dan batu melainkan satu-satunya nadi kehidupan yang menghubungkan mereka dengan dunia luar.
Bagi masyarakat Aramo, jalan tersebut adalah urat nadi ekonomi, jalur pendidikan, dan simbol harapan akan pemerataan pembangunan. Namun bertahun-tahun sudah, kondisi jalan tetap memprihatinkan, berlumpur, licin, dan nyaris tak bisa dilewati kendaraan roda empat. Saat hujan deras, akses antara desa-desa terputus. Anak-anak harus berjalan kaki jauh ke sekolah, dan petani sering kali kehilangan hasil panen karena tak mampu mengangkutnya keluar desa.
Salah satu pemuda Aramo, Pidar Ndruru, yang juga menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Postnewstv.co.id, menyampaikan harapan yang dalam kepada Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dan Bupati Nias Selatan, agar suara rakyat Aramo tidak lagi tenggelam dalam sunyi.
“Kami sudah terlalu lama menunggu perhatian. Jalan ini bukan hanya kebutuhan pembangunan, tetapi kebutuhan hidup. Setiap tahun kami mendengar janji perbaikan, tapi hingga kini tak kunjung terlihat. Kami hanya ingin merasakan arti dari keadilan pembangunan,” ungkap Pidar dengan nada lirih, Rabu (22/10/2025).
Pidar menegaskan, pembangunan jalan Hilimagiao–Aramo akan menjadi berkah besar bagi ribuan warga di 18 desa yang selama ini terisolasi. Ia percaya, di bawah kepemimpinan Gubernur Bobby Nasution yang dikenal dekat dengan rakyat, harapan kecil masyarakat pelosok pun bisa menjadi prioritas nyata.
“Kami yakin Bapak Gubernur Bobby dan Bapak Bupati Nias Selatan memiliki hati untuk rakyat kecil. Kami tidak meminta kemewahan, hanya ingin jalan yang bisa dilalui agar anak-anak kami bisa bersekolah dengan aman, petani bisa menjual hasilnya, dan warga bisa merasakan hadirnya negara di tengah mereka,” tambahnya.Pidar juga mengajak Anggota DPRD Nias Selatan dari Dapil II untuk menyuarakan aspirasi ini di ruang kebijakan. Ia berharap agar perjuangan untuk Aramo tidak berhenti di kata-kata, tetapi diwujudkan melalui langkah nyata di lapangan.
Harapan serupa datang dari seorang warga Aramo yang ditemui wartawan sehari sebelumnya, Selasa (21/10/2025). Dengan mata berkaca-kaca, ia menggambarkan betapa sulitnya hidup di tengah keterbatasan infrastruktur.
“Kalau jalan ini dibangun, hidup kami akan jauh lebih mudah. Anak-anak kami tidak perlu lagi berjalan kaki berjam-jam, dan hasil tani kami bisa sampai ke pasar. Kami mohon, lihatlah kami di Aramo, kami juga bagian dari Sumatera Utara,” tuturnya.
Kini, di tengah jalan yang berdebu saat kering dan berlumpur saat hujan, masyarakat Aramo masih menunggu-bukan dengan amarah, tapi dengan harapan. Mereka percaya, perhatian dan kepedulian dari Gubernur Bobby Nasution dan Bupati Nias Selatan akan menjadi cahaya baru bagi masa depan Aramo.
“Kami hanya ingin sekali saja pemerintah datang melihat jalan ini,” tutup Pidar dengan suara bergetar.
“Agar mereka tahu, di balik jalan rusak ini, ada hati rakyat yang tetap setia mencintai daerahnya dan percaya pada pemimpinnya.”
(Ndruru)
























